Name : Renai Miria
Age : 15
B'day : 27 Juni
Gender : Female
Birth Place : Jepang, tapi ada turunan Italy
Personality : Ceria, enerjik, tegar, terkadang selalu menyembunyikan perasaan sesungguhnya di balik senyum palsu. Sifatnya berubah jika sedang bertarung, menjadi emotionless, kejam, dan penuh aura membunuh.
Weakness : Kecoa dan serangga lainnya (kec. kupu-kupu), ketinggian
Ability : Mempunyai gerak refleks dan insting yg bagus
Character Descriptiopn :
- Spoiler:
Element : Hewan
Hewan :
Name : Neve
Animal description :
- Spoiler:
Ability : Dapat melacak posisi musuh dari baunya dalam jarak radius 10 meter, dan dapat berlari dengan cepat.
Weapon : dagger pemberian kedua kakaknya
- Spoiler:
Background Story :
Renai Miria, anak bungsu dari sebuah keluarga yakuza. Ia mempunyai seorang kakak perempuan dan kakak laki-laki yg sangat akrab dengannya. Mereka berdua dipercaya sebagai penerus keluarganya. Berbeda dengan anggota keluarganya yg dapat berbicara dengan tanaman, hanya Miria yg hanya dapat berbicara dengan hewan.
Waktu ia berumur 10 tahun, ayahnya pulang dari misi dengan membawa seekor serigala putih yg terkenal cukup buas. Serigala itu mengamuk dan berhasil keluar dari kandang yg di sediakan oleh keluarganya. Beberapa anggota keluarganya mencoba untuk menjinakkan serigala tersebut, namun tak ada yg berhasil. Miria mencoba menjinakan serigala itu dan ternyata berhasil. Ia menamai serigala tersebut Neve, yg artinya salju. Melihat kemampuan Miria yg dapat berbicara dengan hewan, ayahnya memutuskan agar Miria belajar mengendalikan kekuatan dan beberapa tehnik bertarung kepada kakeknya di Italy.
4 tahun kemudian, Miria kembali ke Jepang untuk merayakan ulang tahun kakak laki-lakinya. Setibanya di rumah, ia terkejut menemukan beberapa mayat tak dikenal dan orang tuanya terbunuh dengan cukup tragis. Ia pun mencari kedua kakaknya dengan harapan mereka masih hidup di setiap ruangan di rumahnya, dan akhirnya ia berhasil menemukan kedua kakaknya, namun dalam keadaan tak bernyawa, dan juga orang yg membantai seluruh keluarganya. Ia merasa syok, marah, kesal, sedih, bercampur jadi satu atas pembantaian tersebut, tanpa pikir panjang menyerang orang dengan bantuan Neve. Ia tidak peduli jika ia harus luka-luka dan berlumuran darah untuk membunuh musuhnya.
Keesokan harinya, Kakeknya yg mendengar berita pembantaian keluarganya dan juga Miria yg di rawat di rumah sakit, segera pergi menuju Jepang. Kondisi Miria bisa dibilang cukup memprihatinkan, tubuhnya penuh dengan luka akibat bertarung, namun ia merasa bersyukur Miria cukup tegar menghadapi kenyataan dan terus melangkah maju. Oleh sebab itu, kakeknya memutuskan Miria sebagai penerus keluarga berikutnya, dan memasukkannya ke Daihon Academy agar bisa mengendalikan kekuatannya serta emosinya saat sedang bertarung.